MELACAK AKAR KONFLIK ANTAR PERGURUAN
PENCAK SILAT DI KARISIDENAN MADIUN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Yang di bina oleh Bapak Waskito
oleh
Kelompok VI
Muhammad Faishal Fadlie (110732403697)
Efa
Taifuroqman
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
September 2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.salah satu yang menimbulkan konflik adalah keanekaragaman .Indonesia merupakan negara yang beranekaragam kebudayaannya, salah satunya hasil kebudayaan indonesia adalah pencak silat.
Pencak silat adalah salah satu hasil kebudayaan masyarakat yang sangat lah populer dalam kehidupan masyarakat, khususnya kaum laki-laki.
Akibat dari keanekaragaman kebudayaan tersebut juga bisa menimbulkan dampak positif dan negatif.salah satunya adalah konfli antar perguruan silat di karisidenan madiun. Yaitu antara perguruan pencak silat PSHT (persaudaraan setia hati terate) dan PSHW (persaudaraan setai hati winongo).Namanya memang hampir mirip antar perguruan tersebut karena asal mulanya dari satu Guru Besar yan sama namun sebaliknya bahwa antar perguruan tersebut memiliki suatu paham yang berbeda, yang sampai sekarang masih tidak ada penyelesaiannya.
Mengacu dalam uraian diatas peneliti mencoba membahas akar dari permasalahan yang timbul diantara dua perguruan besar yang berada di madiun.
I.2. Rumusan Masalah
I.2.1 Bagaimana sejarah konflik PSHT dan PSHW?
I.2.2 apa perbedaan PSHT dan PSHW ?
I.2.3 Bagaimana Bentuk sebab akibat konflik yang dimunculkan antara PSHT dan PSHW?
I.3 Tujuan Penulisan Makalah
I.3.1 Untuk Mengetahui sejarah konflik PSHT dan PSHW.
I.3.2 Untuk Mengetahui perbedaan PSHT dan PSHW.
I.3.3 Untuk Mengetahui sebab akibat konflik PSHT dan PSHW.
\
BAB II
TEKS UTAMA
2.1 Sejarah Konflik Psht Dan Pshw


Kasus perkelahian antar perguruan silat yang dimotori oleh Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Setia Hati Winongo atau disebut STK (Sedulur Tunggal Kecer) di Karesidenan Madiun akhir-akhir ini sangat marak dan melibatkan masa pendukung secara massif dan di sertai dengan pengerusakan serta jatuhnya korban jiwa.
Konflik yang berpangkal dari perbedaan penafsiran dan klaim kebenaran tentang ideoligi keSHan merambat hampir seluruh Karisedenan Madiun. Hadirnya konflik tersebut juga menimbulkan keresahan dan ketidaknyaman berbagai lapisan masyarakat. Arkeologi Kekerasan SH Terate VS SH Winongo Perkelahian secara turun temurun antar SH Terate dan SH Winongo tidak lepas dari setting sejarah yang melatarbelakangi.
SH Terate adalah perguruan silat legendaris yang berperan menyebarkan pencak silat ke berbagai daerah (bahkan manca negara). Di pusatnya, Madiun, terdapat ribuan pendekar SH terate yang tersebar sampai pelosok-pelosok kampung. Bagi pemuda-pemuda di daerah Madiun, menjadi anggota SH terate adalah tradisi yang mereka laksanakan secara turun temurun. Bahkan banyak keluarga yang dari Kakek buyut sampe cicit, semua adalah anggota PS SH Terate. Hal ini membuat SH Terate sebagai organisasi, cukup disegani di kawasan Madiun karena memiliki massa yang sangat besar.
Sayang, di Madiun sering terjadi perkelahian massal antara anggota SH Terate dan anggota SH Tunas Muda (Winongo). Sebenarnya pendiri kedua perguruan silat tersebut berasal dari perguruan yang sama. Menurut hikayat, asal muasal pencak silat di Madiun adalah dari seorang pendekar bernama Suro (Mbah Suro). Konon, sewaktu masih sangat muda Mbah Suro ini adalah salah satu prajurit tangguh yang dimiliki Pangeran Diponegoro. Setelah Pangeran Diponegoro kalah dari Belanda, mbah Suro melarikan diri ke Madiun, dan mendirikan sebuah perguruan silat sendiri.
Perguruan silat ini kemudian berkembang cukup pesat. Mbah Suro memiliki banyak sekali murid. Namun diantara sekian ratus muridnya, ada dua yang paling menonjol. Yang satu kemudian mendirikan perguruan silat sendiri di daerah Winongo Madiun, dan kemudian di kemudian hari menjelma menjadi SH Tunas Muda. Sementara yang satunya meneruskan perguruan silat mbah Suro dan kemudian menjelma menjadi SH Terate.
Awalnya, kedua perguruan tersebut saling berdampingan dengan damai satu sama lain. SH Winongo memiliki pengaruh di daerah madiun kota, sementara SH Terate mengakar di daerah madiun pinggir/pedesaan. Benih perpecahan dimulai ketika antara tahun 1945-1965 an, banyak pendekar SH Winongo yang berafiliasi dengan PKI. SH Terate yang menganggap ilmu SH (Setia Hati) yang diturunkan oleh mbah Suro merupakan ilmu yang berbasis ajaran Islam, merasa SH Winongo mulai keluar dari jalur tersebut.
Perselisihan semakin menjadi-jadi antara tahun 1963-1967, dimana banyak pendekar dari kedua perguruan yang terlibat bentrok fisik dalam peristiwa-peristiwa politik. Meski banyak anggotanya yang berafiliasi kiri, namun secara organisasi SH Winongo tidak terlibat dalam aktivitas kekirian tersebut. Hal inilah yang kemudian menyelamatkan perguruan silat ini dari pembubaran oleh pemerintah.
Setelah masa pembersihan anggota PKI yang berlangsung antara tahun 1967-1971 di daerah Madiun, SH Winongo sedikit demi sedikit mulai kehilangan pamornya. Puncaknya, pada era 1980-an bisa dikatakan perguruan silat ini dalam keadaan mati suri. Konon, banyak pendekar SH Terate yang berperan sebagai eksekutor para anggota PKI (termasuk beberapa pendekar SH Winongo yang terlibat PKI) di kawasan Madiun. Hal inilah yang kemungkinan memicu dendam pendekar SH Winongo yang non-PKI tapi merasa memiliki solidaritas pada kawan-kawannya yang dieksekusi tersebut.
Entah kebetulan atau tidak, seiring dengan munculnya PDI sebagai kekuatan politik yang cukup kuat pada era 1990-an, pamor SH Winongo sedikit demi sedikit mulai naik kembali. Banyak pemuda dari kawasan perkotaan Madiun yang masuk menjadi anggota SH Winongo. Madiun kota sendiri merupakan basis PDI yang cukup kuat. Sementara Madiun kabupaten merupakan basis NU dan Muhammadiyah. Banyak yang mengatakan bahwa situasi tersebut mirip dengan situasi di zaman ‘60-an, dimana PKI berkuasa di Madiun kota dan NU berkuasa di Madiun Kabupaten.
Seiring dengan perkembangan tersebut, mulai sering terjadi perkelahian antar pendekar di berbagai pelosok Madiun. Perkelahian yang juga melibatkan senjata tajam tersebut tak jarang berakhir dengan kematian salah satu pihak. Pada waktu itu, Madiun bagaikan warzone para pendekar silat (termasuk dengan senjata tajam dan senjata lainnya). Di berbagai sudut kota dan kampung terdapat grafiti yang menunjukkan identitas kelompok pendekar yang menguasai kawasan tersebut. Pendekar SH Terate menggunakan istilah SHT (Setia Hati Terate) atau TRD (Terate Raja Duel) untuk menandai basisnya. Sementara SH Winongo menggunakan istilah STK, yang kemudian diplesetkan menjadi “Sisa Tentara Komunis”, untuk menandai kawasan mereka.
Pada kurun waktu 1990-2000, STK mengalami perkembangan jumlah anggota yang sangat pesat. Desa Winongo sebagai markas besar mereka, pada awalnya masih mudah diserang oleh pendekar SHT dari wilayah tetangga. Namun karena kekuatan mereka yang semakin besar membuat Winongo menjadi untouchable area. Hampir seluruh pemuda dan lelaki di desa ini menjadi anggota STK yang militan, sehingga penyerbuan SHT ke wilayah ini menjadi semakin sulit dilakukan.
STK menggunakan taktik populis dalam merekrut anggota baru. Mereka masuk ke SMP dan SMU di kota Madiun dan menawarkan status pendekar secara instan kepada pemuda-pemuda yang mau bergabung. Sementara untuk meraih status pendekar di SHT, persyaratannya cukup berat dan memakan waktu cukup lama. Tawaran menjadi pendekar instan tersebut tentu saja mendapat sambutan yang besar dari para pemuda yang belum mengetahui esensi sebenarnya sebuah panggilan “pendekar”. Di Madiun, menjadi pendekar adalah sebuah kehormatan yang diimpi-impikan para pemuda. Predikat pendekar menjadi sangat elit karena harus dicapai dengan susah payah. Seorang Pendekar dipastikan memiliki kemampuan silat dan fisik yang prima, serta pemahaman agama yang dalam.
Akibat taktik populis yang dilakukan STK, kode etik pertarungan antar pendekar yang selama ini terjaga, sedikit demi sedikit mulai pudar. Anak-anak muda yang naif (pendekar instan) mulai menggunakan cara-cara yang kurang etis dalam berkelahi. Misalnya mereka mengeroyok lawan, menculik lawan di rumah, tawuran (lempar-lemparan batu), menyerang dari belakang, dan cara-cara yang tidak terhormat lainnya. Awalnya pendekar-pendekar SHT yang memegang teguh kode etik pertarungan pencak silat, masih berupaya sabar. Namun, akhirnya mereka kehilangan kesabaran setelah korban di pihak mereka mulai berjatuhan.
Tercatat, terjadi beberapa kali pertarungan yang memakan korban jiwa akibat tindakan yang tidak sportif. Pernah terjadi kasus dimana dua orang pendekar yang sedang berboncengan sepeda ontel, di tebas dari belakang oleh lawan bersepeda motor dengan menggunakan clurit. Kemudian ada juga kasus seorang pendekar yang sedang menggarap sawah, ditebas dari belakang oleh lawannya dengan menggunakan pacul.

Kejadian-kejadian tersebut merupakan gambaran betapa etika pertarungan sportif satu lawan satu yang selama ini dipegang erat oleh para pendekar, mulai pudar.berikut ini adalah gambar bentuk dari konflik antara kedua pergururan pencak silat tersebut :
2.2 Apa perbedaan dari Psht dan Pshw
Perbedaan ini berkaitan dengan kemingkinan (atau ketidak mungkinan) setiap kali menyangkut konflik mengggariskan perbedaan yang rapi antara factor-faktor epitemis ( yang pada dasarnya berbasis pada pengetahuan) di satu pihak, dan pihak lain faktor-faktor nonepistemis ( misalnya cirri-ciri kepribadian, desakan-desakan politisa dan sebagainya).Antara SH Winongo dengan SH Terate menganut prosedur yang berbeda dalam penetapan seorang murid menjadi “WARGA”. Di SH Winongo, seorang murid yang baru masuk, harus segera disahkan sebagai “WARGA” agar ikatan emosional dan fisik yang bersangkutan dengan perguruan tidak terlepas lagi. Sementara di SH Terate, untuk menjadi “WARGA” seorang murid harus menjalani proses yang panjang dan sangat keras. Seorang “WARGA” dalam filosofi SH Terate haruslah pendekar yang benar-benar telah memahami esensi dari ilmu pencak silat itu sendiri, terutama kegunaannya bagi masyarakat. Sehingga, sedikit sekali dalam satu angkatan, seorang murid SH Terate akhirnya dapat mencapai level menjadi “WARGA”.
2.3 Bentuk sebab akibat konflik yang dimunculkan antara Psht dan Pshw
Konflik kedua murid merambat sampai akar “rumput “(siswa ) ke dua perguruan ini,sampai sekarang yang di penuhi rasa kebencian satu sama lain. Belum lagi konflik ini seolah – olah memang di lestarikan oleh sebagian warga untuk menopang kekuasannya baik kepentingan politik kekuasaan maupun perebutan basis ekonomi alias memperkaya diri. Basis pendukung antar kedua perguruan di bedakan oleh perbedaan kelas. SH Winongo berkembang dalam alam perkotaan dan basis pendukungnya adalah para bangsawan atau priyayi sedangkan SH Teratai berkembang di wilayah pedesaan dan pinggiran kota. Perpecahan kedua perguruan tadi juga terletak dalam strategi pengembangan ideology, ajaran, falsafah hidup yang satu bersifat ekslusif (tertutup) sedangkan Hardjo Utomo ingin membangun SH yang lebih bisa diterima masyarakat bawah guna melestarikan perguruan.
Dan pada masa sekarang masih ada salah satu penyebab munculnya konflik antar perguruan pencak silat tersebut. Salah satunya adalah saat adanya acara dari salah satu perguruan pencak silat PSHT maupun PSHW. Pada saat salah satu perguruan itu melakukan acara rutin yaitu suroan agung, halal bialal, nyekar di guru besar mereka. Karena kegiatan tersebut selalu melibakan anggotanya atau bisa disebut warga PSHT atau PSHW yang banyak. Bisa kira-kira ribuan orang anggota pencak silat yang turun kejalan dengan memakai kendaraan bermotor yang memenuhi kota madiun dan sekitarnya atau bisa disebut dengan konvoi. Dan akibat dari acara tersebut salah satu dari perguruan pencak silat yang tidak berkonvoi mencoba menjaga daerahnya agar tidak dirusak salah satu tugu lambang dari perguruan pencak silat yang tidak berkonvoi didaearahnya.
Ada juga sebabnya dari acara umum yang bersifat massa orang banyak,contohnya dalam acara konser band atau dangdut di daerah madiun. Biasanya kedua perguruan ini dengan sengaja memakai baju perguruan pencak silatnya untuk mengusai konser dengan kelompok perguruanya tersebut namun organisai yang satunya tidak terima karena merasa dia disaingi oleh adanya kelompok yang memakai baju tersebut. Dan akhirnya sama kelompok yang tidak terima langsung bentrok fisik di acara-acara umum tersebut.
Konflik tersebut merembet hingga ke media elektronik, sebagai contonya adalah jejaring facebook. Mereka mencoba memberitahukan identitasna di dalam facebooknya denan cara memakai foto lambang perguruan pencak silatnya. Dan akhirnya kian lama kian banyak yang menirunya. Sampai kepuncaknya salah satu dari mereka atau orang lain yang sengaja membuat group di jejaring facebook yang isinya adalah warga kedua pencak silat tersebut.
Dengan bertemunya kedua kelompok group tersebut mulailah dari salah satu mereka memulai dengan cara memberikan identitas mereka dan mengolok-olok kelompok lawannya.merreka saling lempar hujatan.
Berikut adalah foto yang berkaitan dengan kedua perguruan pencak silat tersebut .


Gambar 2. Acara nyekar yang dilaksanakan setiap habis lebaran.

Gambar 3. Acara pengesahan warga PSHT yang dilaksanakan pada bulan suro menurut penanggalan jawa.

Gambar 4. Aparat yang sudah bisa menangkap pelaku bentrok antar perguruan silat di madiun.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Konflik Identitas antara SH Winongo dan SH Teratai yang dimulai dengan klaim kebenaran tentang pemegang teguh ajaran ke SH an sekarang mulai merebak pada perebutan basis ekonomi serta di manfaatkanya kelompok silat sebagai penyokong parpol tertentu. Di lain sisi, masyrakat pun ikut melestarikan adanya konflik tersebut.Konflik yang terjadi diantara perguruan pencak silat (PSHT dan PSHW) adalah akibat terpecahnya perguruan besar dari SH PANTI( SH PUTIH ). Yang bersumber perbedaan pandangan, sistem pencak silatnya, dan akhirnya merembet ke politik.
3.2 SARAN
Untuk menghindari adanya konflik ideologis yang berkepanjanngan, perlu di lakukan tindakan yang tegas oleh aparat kepolisian. Pemerintah daerah setempat juga harus menciptakan media sosial yang lain yang dapat membuat masyarakat keluar dari rutinitas sehari-hari dan terlepas dari berbagai tekanan sosial ekonomi yang selalu menghantui. Selain itu, pemerintah daerah juga harus mempunyai program pembangunan yang berorentasi pada kesejahteraan rakyat.karena kita ketahui hadirnya konflik tersebut tidak lepas dari budaya kemiskinan masyarakat setempat. Dan perlunya kesadaran dari dua belah pihak yang berkonflik untuk bergabung bersama, dan menjunjung tinggi kebudayaan yang mempunya massa ribuan orang. Yang apabila bergabung akan terbentuknya suatu Pencak Silat yang mempunyai bibit unggu dan massa yang banyak.
DAFTAR RUJUKAN
Ary . 2009. MELACAK AKAR KONFLIK ANTAR PERGURUAN SILAT DI KARISIDENAN MADIUN. http://arypshtbanyuwangi.blogspot.com/2009/07/melacak-akar-konflik-antar-perguruan.html, di akses 22 september 2011
asal,U. 2010. Sejarah psht 1922. http://jiwanpasther.blogspot.com/2011/02/sejarah-psht-since-1922.html, di akses pada 22 september 2011
Hal: 3. Www.Tripad.Com Html. di akses 22 september 2011
http://pshtlubuklinggau.wordpress.com/2010/05/20/melacak-akar-konflik-antar-perguruan-di-madiun/, di akses 22 september 2011
Lubuklingga,P.2010 Melacak Akar Konflik Antar Perguruan Di Madiun
Penjaga,T.T, 2009. Sejarah SH Terate dan Sh Tunas Muda Winongo. http://prajuritpenjagatiangutaraclub.blogspot.com/2009/03/sejarah-pecahnya-sh-terate-dengan.html, di akses 22 september 2011
Umam,N Melacak Konflik Antar Perguruan Silat Di Karesidenan Madiun,
Van Harskamp,A.2005. Konflik-Konflik Dalam Ilmu Sosial, KANISIUS, Yogyakarta.
LAMPIRAN
PENELITIAN
TANYA JAWAB :NARASUMBER WARGA DARI PSHT
PEWAWANCARA : Bagaimana sejarah konflik yang terjadi di organisasi pencak silat anda?
NARASUMBER :Menurut saya sejarah konflik itu di muncul secara turun menurun dari pendiri antar perguruan tersebut, yang terbawa sampai sekarang. Yang timbul kaena perbedaan pandangan tentang ajaran pencak silat yang d bawa eayng suro.
PEWAWANCARA : Apa penyebab timbulnya konflik perguruan anda di zaman sakarang?
NARASUMBER :Menurut yang saya alami, penyebabnya hanyalah sepele tapi kadang juga besar.Salah satunya yang sepele adalah, ketika kami lewat kawasan PSHW kami sering di plilik I bahsa jawanya. Kemudian rasa marah saya muncul dan kami mengajak teman-teman sePSHT untuk membalsanya dikemudian harinya ketika lewat kesitu.
PEWAWANCARA : Apa yang membuat anda sehingga mempunyai rasa benci terhadap musuh perguruan anda ?
NARASUMBER :Rasa itu muncul karena sudah turun menurun juga, karena saya tahu sejarah nya. Yang perguruan mereka selalu berkonflik dengan perguruan kami, dan rasa itu terasa automatis terasa ketika sayamelihat ada anak yang memakai baju perguruan PSHW, Saya juga bingung. Kayak naluri kebencian itu sudah ada dari dulu saya ikut PSHT.
PEWAWANCARA : Apa yang kebiasa anda lakukan apabila kelompok anda melihat seorang lawan dari perguruan anda?
PEWAWANCARA : Apa yang kebiasa anda lakukan apabila kelompok anda melihat seorang lawan dari perguruan anda?
NARASUMBER :Biasanya kami ketika mereka melaksanakan suatu kegiatan rutin pertahun yaitu suroan Agung yang diadakna setiap setahun sekali itu, saya dan kelompok kami selalu bersiap-siap didaerah pedesaan saya, dan membawa batu untuk melempari anak-anak PSHW, karena ketika mereka berkonvoi itu sambil mengolok-ngolok perguruan kami dan akhirnya kami pun juga tidak terima dengan cara melempar batu itu kami membela, dengan cara sembunyi-sembunyi tetapi karena takut ketaua polisi yang berjaga-jaga dipinggiran jalan.
PEWAWANCARA : Bagaimana cara anda untuk mempertahankan identitas yang kuat dalam mempertahankan perguruan anda?
NARASUMBER :Kami mempertahankan identitas perguruan kami dengan cara membuat Baleho dikampung saya,
PEWAWANCARA : Apa yang biasa anda lakukan ketika kelompok anda diserang oleh kelompok musuh perguruan anda?
NARASUMBER :Kami secara langsung membalasnya, kebanyakan setelah dia menyerang langsung lari, dan dikemudian hari kami balas dendam kedaerah mereka. Terutama yang dikenai adalah Baleho kami. Mereka sering mengecat dan membongkar Baleho kami.
CPEWAWANCAR : Apa akibat dari timbulnya konflik tersebut terhadap kehidupan di masyarakat anda?
CPEWAWANCAR : Apa akibat dari timbulnya konflik tersebut terhadap kehidupan di masyarakat anda?
NARASUMBER :Sebenarnya akibatnya kemasyarakat tidak lah besar, karena masyarakat di kampung saya juga memahami bahwa itu sudah biasa dilakukan dari dulu. Tpai ada juga yang masayarakat yang resah ketika itu.
PEWAWANCARA : Biasanya kapan dan dimana terjadinya konflik itu sering terjadi?
NARASUMBER :Biasaya konflik itu terjadi pada bulan Suro, kaerena pada bulan itu kami selalu mengadakan acara besa-besar yaitu pengesahan warga baru. Dan acara halal bialal, setelah lebaran acara itu berlangsung. Karena perguruan kami selalu pergi ke makam Guru besar kami untuk mneykar. Dan acra itu melibatkan orang banyak oleh karena itu sering muncul konflik didaerah salah satu perguruan PSHW.
PEWAWANCARA : Mengapa konflik ini terus berkelanjutan dari dulu sampai sekarang?
NARASUMBER :Karena kefanatikan dari semua perguruan itu, karena saya juga pun sangat fanatik dan ingin menang sendiri.
PEWAWANCARA : Berikan contoh 1 kejadian konflik yang pernah anda alami dengan nusuh perguruan anda ?
NARASUMBEER :Pengalaman saya ketika saya pergi dari madiun, ada acara malam suro , saya dan kedua teman saya berputar-puter kedesa tetangga yang ada anak PSHWnya.
Ketika mereka tahu bahwa kelompok kami mempunyai acara merea pun juga berjaga-jga didaerahnya. Dan ketika kami lewat desa tersebut kami pun sempat dilempari batu dan mau dipukul denagn tangannya,untungnya saya dan teman saya langsung menarik gas motor agar tidak kena pukulannya. Anggota mereka lebih banya dari anggota kami ketika itu.
PEWAWANCARA : Bagamaimana kebijakan ketua umum perguruan pencak silat anda ketika sering mendengar konflik antar perguruan/musuh perguruan anda?
NARASUMBER :Ketua umunm kami selalu bersikap bijaksana, dan ketua umum mereka pun juga begitu, namun hal itu tidak mempengaruhi jiwa warga kelompok kami yang selalu tidak mau akur sama PSHW.
Cerita menyesatkan
BalasHapusrefrensinya gak autentik.... haruse langsung ke padepokan masing masing, wawancara ke pengasuh/ guru besar nya.....
BalasHapus